Universitas Negeri Surabaya. Pendidikan Biologi A

Monday 29 December 2014

on Leave a Comment

LABA-LABA


A. Deskripsi Umum Laba-laba
Laba-laba atau labah-labah adalah sejenis hewan berkuku-kuku
(arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tidak
memiliki mulut pengunyah. Ilmu yang mempelajari laba-laba disebut
Arachnology.

Gambar 1. Laba-laba



Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae


Laba-laba   bukan   termasuk   serangga   tetapi   kelas   Arachnida,   yaitu
sekelompok  dengan  caplak,  tungau,  dan  kalajengking.  Laba-laba  termasuk  ke
dalam ordo Araneae.Ordo laba-laba terbagi atas tiga golongan besar  pada  subordo,  yaitu  Mesothelae,  Mygalomorphae  atau  Orthognatha,  dan
Araneomorphae (Suryadi, 2011). 

B.    Morfologi Laba-laba
        Kelas  Arachnida  dibedakan  dengan  kelas  yang  lainnya  dengan  tidak
adanya  anggota  badan  sebagai  organ  perasa  yang  sering  disebut  antena  yang
biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.
Tak seperti serangga  yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya
memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang
sebetulnya  merupakan  gabungan  dari  kepala  dan  dada  (thorax).  Sedangkan
segmen  bagian  belakang  disebut  abdomen  (perut)  atau  opisthosoma.  Antara
cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau
pedicellus.
        Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat
pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat
pula  sepasang  atau  beberapa  alat  bantu  mulut  serupa  tangan  yang  disebut
pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan  berubah  fungsi  sebagai  alat  bantu  dalam  perkawinan.


C. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba
       Di  daerah  sefalotorak  terdapat  khelisera,  pedipalpi,  mata  dan  tungkai
Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa
atau   menggigit   sebagi   bentuk   pertahanan   kalau   terancam.   Pada   beberapa
kelompok  laba-laba  alat  ini  digunakan  sebagai  alat  menggali  (pada  kelompok
laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada
beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat
(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di
dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang
terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom
di  bagian  dasar  kelisera.  Mulut  laba-laba  terletak  tepat  di  belakang  kelisera.
        Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan
metasoma.  Pada  bagian  posterior  abdomen  terdapat  spineret  yang  merupakan
organ  berbentuk  kerucut  dan  dapat  berputar  bebas.  Didalam  spineret  terdapat
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar  benang  abdomen.  Kelenjar  benang  halus  mensekresikan  cairan  yang
mengandung  protein  elastik.  Protein  elastik  tersebut  akan  mengeras  di  udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku
adalah  organ  respirasi  berlapis  banyak  seperti  buku  dan  terletak  pada  bagian
abdomen.  Ekskresi  laba-laba  dilakukan  dengan  tubula  (  tunggal  =  tubulus  )
Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ
ini  terletak  di  dalam  hemosol  yang  bermuara  ke  dalam  usus.  Selain  Tubula
Malpighi,  ekskresi  lainnya  dilakukan  dengan  kelenjar  koksal.  Kelenjar  koksal
merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen
pada kaki insecta).


Gambar 3. Anatomi dan Fisiologi Laba-laba
D. Daur Hidup Laba-laba
     Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung
telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa
spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum
muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari
makanan  sendiri.  Nimfa  ini  adalah  bentuk  miniatur  labah-labah  dewasa,  yang
mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami
molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai
dewasa   kelamin.   Labah-labah   ini   bisa   memencar   dengan   mengembangkan
benang-benang suteranya dan terbawa angin.
     Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang
dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya   mempunyai   daur   hidup   yang   lebih   lama   (beberapa   tahun).
Perkawinan  labah-labah  sangat  menarik.  Organ  reproduksi  pada  yang  jantan
terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil
dan  menaruh  setitik  spermanya  di  situ  atau  di  tanah  atau  beberapa  tumpukan
serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu-
labu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan
pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina.
Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.
Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan
mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil.
Bila   tungkai-tungkai   hilang  selama   perkembangan,   mereka   biasanya   dapat
beregenerasi.  Laba-laba  biasanya  berganti  kulit  dari  4  sampai  12  kali  selama
pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun
(Borror, 1996).

E. Ekologi Laba-laba
        Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat
sensitif  terhadap  gangguan  yang  terjadi  di  lingkungannya.  Adapun  gangguan
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain:
pengolahan  tanah,  pemangkasan  tumbuhan  serta  penggunaan  pestisida sintesis.
Berubahnya   komposisi   spesies   laba-laba   di   ekosistem   pertanian   sangat
dipengaruhi  oleh  berubahnya  komposisi  tanaman  di  lahan  budidaya  tanaman.
        Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida.
Penurunan  jumlah  laba-laba  akan  berdampak  terhadap  peningkatan  populasi
serangga   pengganggu   tanaman.   Tanpa   laba-laba,   populasi   serangga   akan
menyebar   tak   terkendali   sehingga   menggagalkan   panen   dan   menyebarkan
penyakit.  Laba-laba  juga  menjadi  makanan  bermutu  bagi  makhluk  lainnya.
Dimana   laba-laba   sangat   berperan   penting   dalam   jaring   makanan   karena
kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011).
         Kunci  kelangsungan  keberhasilan  araknid  terletak  pada  kemampuannya
untuk   mendiami   habitat   dimana   serangga   tidak   mampu   mencapai   suatu
keunggulan.   Dimana   selagi   serangga   beterbangan   di   udara,   araknid   telah
berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi
rendah,  tumpukan  dedaunan  dan  tanah  dan  dalam  banyak  hal  lebih  berhasil
daripada  serangga  pada  situasi  yang  sedemikian.  Seringkali  hewan  araknid
berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi
hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
        Hutan  hujan  tropis  memiliki  keanekaragaman  spesies  laba-laba  yang
tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu
ekstrim,  dapat  menempelkan  jaringnya,  aman  terhadap  kerusakan  sarang  dan
jaringnya  serta  dapat  memaksimalkan  waktu  mencari  mangsanya.  Laba-laba
banyak  ditemukan  pada  iklim  subtropis,  sehingga  di  Indonesia sebagai  negara
subtropis  laba-laba  banyak  ditemukan  dimana-mana,  habitat  laba-laba  dapat 
ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di
gua-gua dan di atas air.
Bagi  laba-laba  yang  hidup  di  serasah,  daun-daun  yang  gugur  di  hutan
merupakan  habitat  yang  sesuai  baginya.  Jumlahnya  meningkat  lebih  banyak
ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk
bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 2006).


F.   Faktor Lingkungan
a)   Suhu Udara
      Suhu  adalah  faktor  ekologis  yang  sangat  terkenal  dan  juga  sangat  mudah
diukur.   Pengaruh   suhu   bersifat   umum.   Seringkali   suhu   merupakan   faktor
pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran  hewan (Michael,1995).
Temperatur   merupakan   faktor   lingkungan   yang   dapat   menembus   dan
menyebar  ke  berbagai   tempat  di  muka  bumi.  Perubahan  temperatur  akan
mengubah faktor-faktor lingkungan abiotik lainnya, sehingga di tempat tersebut
terjadi   perubahan   kombinasi   baru   antara   faktor-faktor   lingkungan   abiotik.
Arthropoda tidak dapat hidup pada suhu di bawah titik beku air. Suhu antara kira-
kira 10°C-40°C adalah temperatur optimum bagi hewan tersebut. jika temperatur
berubah dari 40°C-45°C dan 10°C-0°C hewan menjadi pingsan. Pada suhu antara
45°C-55°C dan 0°C-10°C hewan mengalami koma dan di atas 55°C atau di bawah
-10°C hewan akan mati (Susanto, 2000).
Jambu tumbuh dan berproduksi baik pada suhu rata-rata harian 27°C. Daerah
produsen utama jambu rata-rata mempunyai suhu harian minimum antara 15-25°C
dan maksimum antara 25-35°C (Lubis, 1994).


b)  Kelembaban Udara
      Jumlah  uap  air  yang  ada  dalam  udara  diacu  sebagai  kelembaban.  Bobot
sebenarnya  uap  air  yang  ada  dalam  satuan  bobot  udara  dinyatakan  sebagai
kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka
biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persen uap
air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan
tekanan yang sedang ada (Michael, 1995).
Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara. Kelembaban
mutlak adalah rasio berat uap air per satuan udara (gram per kilogram udara).
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kelembaban adalah :
1)  Kelembaban dapat mempengaruhi efek temperatur terhadap organisme.
2)  Kelembaban dapat berfluktuasi horizontal (malam hari kelembaban tinggi,
sedangkan siang hari kelembaban rendah)
3)  Kelembaban   juga   berfluktuasi   vertikal   (pada   suatu   tempat   dengan
ketinggian tertentu mempunyai kelembaban tertentu)
4)  Kelembaban,   temperatur   dan   cahaya   berperan   sangat   besar   dalam
mengatur aktivitas organisme dan sering menjadi faktor pembatas terhadap
penyebaran organisme (Subagja, 2001).
Kisaran kelembaban nisbi optimum di daerah-daerah pertanaman jambu cukup
luas. Kelembaban nisbi untuk tingkat sangat sesuai adalah antara 70-80%, untuk
tingkat sesuai 60-70% dan yang kurang dari 60% atau lebih dari 80% tergolong
sesuai (Lubis, 1994).


c)   Intensitas Cahaya
      Cahaya merupakan salah satu sumber daya yang menghasilkan energi bagi
kehidupan organisme. Cahaya mempengaruhi gerakan hewan, terutama hewan-
hewan kecil. Arah datangnya cahaya dapat mempengaruhi arah gerakan hewan.
Hewan  ada  yang  mendekati  sumber  cahaya,  dan  ada  yang  menjauhi  sumber
cahaya.  Dalam  Susanto  (2000)  menurut  Kikkawa  (1974)  intensitas  cahaya
mempengaruhi kecepatan gerak dan arah gerak hewan-hewan tertentu. Misalnya :
gerakan larva lalat menjadi makin cepat jika intensitas makin kuat, dan menjadi
lambat jika intensitas cahaya menjadi lemah (Susanto, 2000).
     Tanaman  jambu  sangat  menyukai  sinar  matahari  dan  kemungkinan  besar
tidak berproduksi apabila kekurangan sinar. Karena itu matahari yang bersinar
sepanjang  tahun  dengan  jumlah  penyinaran  yang  cukup,  berpengaruh  baik
terhadap pertumbuhan tanaman (Lubis, 1994).

G.   Struktur Jaring Laba-laba
       Jaring laba-laba terbuat dari benang-benang kerangka penahan-beban dan
benang  spiral  penangkap  berlapiskan  zat  perekat,  serta  benang  pengikat  yang
menyatukan benang kerangka penahan beban, benang-benang spiral penangkap,
dan benang pengikat.
Jaring sutera laba-laba adalah material yang sangat kuat, 20 kali lebih kuat
daripada  baja  dan  dua  kali  lebih  lentur  dari  pada  serat  poliamide.  Dapat
diregangkan hingga 31% tanpa patah, lebih lentur daripada serat aramid, lebih
halus  daripada  rambut  manusia  dan  lebih  ringan  daripada  katun  (Khairulhadi,
2010).
       Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba, yaitu benang jenis
kuat dan tegang yang mengarah ke luar (radial threads) yang berpotongan pada
titik pusat sebagai porosnya (hub), benang yang menjadi kerangka bagian luar
sarang (frame threads), dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang
mampu menjebak mangsa (capture radial).
       Beberapa jenis laba-laba, misalnya orb-weaver, membuat perangkap jaring
yang  terbuat  dari  benang  sutra  halus.  Sutra  itu  dihasilkan  oleh  kalenjar  pada
bagian belakang abdomen lalu keluar dari saluran yang disebut spineret. Sutra
halus   kemudian   mengeras   menjadi   benang   yang   kuat.   Benang   tersebut
ditempelkan pada pohon terdekat atau penyangga lainnya untuk membuat struktur
jaring. Laba-laba kemudian menambahkan bentuk spiral pada jaring
menggunakan jenis sutra berbeda yang lengket untuk menangkap mangsa.
Setelah membuat jaring, laba-laba akan menunggu di bagian tengah jaring
atau bersembunyi didekatnya. Sehelai benang penanda akan membuat laba-laba
merasakan getaran akibat mangsa yang tertangkap dan meronta-ronta. Laba-laba
akan  segera  menghampiri  dan  menggigit  mangsa,  kemudian  membungkusnya
dengan sutra untuk mencegahnya melarikan dirinya. Dengan demikian mangsanya
dapat dimakan kapan saja (Setford, 2005).
Ada  banyak  jenis  jaring  laba-laba  yang  dapat  kita  temukan  di  dunia  ini.
Bentuk jaring laba-laba dapat dibedakan berdasarkan cara laba-laba menenunnya,
yaitu :

1.   Jaring  bola  spiral,  yang  dihasilkan  oleh  laba-laba  famili  Araneidae,
Tetragnathidae dan Uloboridae.
2.   Sarang laba-laba, berhubungan dengan famili Theridiidae.
3.   Corong, dibagi menjadi primitive dan modern.
4.   Pipa, Lembaran, dan Kubah (Khairulhadi, 2010)

Gambar 4. Jaring Laba-laba

H. Klasifikasi Laba-laba
       Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan
digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini
begitu  beragam,  banyak  di  antaranya  yang  bertubuh  amat  kecil,  seringkali
tersembunyi  di  alam,  dan  bahkan  banyak  spesimen  di  museum  yang  belum
terdeskripsi  dengan  baik,  diyakini  bahwa  kemungkinan  ragam  jenis  laba-laba
seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

      Beberapa keterangan famili laba-laba :
a.  Famili Atypidae (Laba-laba pembuat sarang-kantung)
Laba-laba ini membuat buluh-buluh sutera di dasar batang pohon, buluh-buluh
menjulur dari tempat  sedikit  di dalam  tanah  sampai  kira-kira 150  mm  di  atas
tanah. Apabila seekor serangga mendarat di atas buluh ini, laba-laba menggigit
melalui  buluh,  merenggut  serangga  tersebut,  dan  menariknya  ke  dalam  buluh.
Laba-laba ini panjangnya 10-30 mm.
b. Famili Araneidae (Pemintal sarang berbentuk lingkaran)
Ini adalah kelompok yang besar dan sangat luas tersebar dan hampir semua
dari  anggotanya  membuat  sebuah  sarang  laba-laba  yang  berbentuk  lingkaran.
Terdapat cukup keragaman dalam ukuran, warna dan bentuk dalam famili ini.
c.  Famili  Tetragnathidae  (Pemintal  sarang  bentuk  lingkaran  yang  bergeraham
panjang)
Laba-laba ini  memiliki  kelisera-kelisera  yang sangat  panjang  dan  menjulur,
terutama  pada  yang  jantan.  Kebanyakan  jenis  berwarna  kecoklat-coklatan  dan
secara relatif panjang dan ramping, tungkainya, terutama pasangan bagian depan,
sangat panjang. Laba-laba ini biasanya didapatkan didaerah yang berawa.
d. Famili Agelenidae (Laba-laba pembuat sarang berbentuk corong)
Laba-laba ini adalah sebuah kelompok yang besar (kira-kira 250 jenisnya di
Amerika  Utara)  dari  laba-laba  umum  yang  membuat  sarang  laba-laba  seperti
lembaran  di  rumput-rumputan,  di  bawah  karang  atau  papan-papan  dan  di
reruntuhan. Sarang dari jenis yang lebih besar agak berbentuk corong dengan satu
tempat persembunyian yang berbentuk buluh mengarah ke bawah masuk dalam
bahan dimana sarang tersebut terbuat.
e.  Famili Hahniidae (Laba-laba pembuat sarang-lembaran Hahniid)
Hahniid-hahniid adalah laba-laba yang kecil, panjangnya 1,5-3,2 mm, dengan
alat  pembuat  benang  dalam  satu  baris  transversal  tunggal.  Mereka  membuat
sarang laba-laba serupa dengan Agelenidae, tanpa tempat persembunyian seperti
corong. Sarang laba-laba tersebut sangat halus dan jarang terlihat kecuali tertutup
oleh embun (Borror, 1996)
Ordo  laba-laba  ini  selanjutnya  terbagi  atas  tiga  golongan  besar  pada  aras
subordo, yakni:
1.   Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-
ruas  tubuh  yang  nampak  jelas;  memperlihatkan  hubungan  kekerabatan
yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.
2.   Mygalomorphae   atau   Orthognatha,   yalah   kelompok   laba-laba   yang
membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di
tanah.  Banyak jenisnya  yang bertubuh besar, seperti  tarantula dan juga
lancah maung.
3.   Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-
laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa
anggotanya  terdiri  dari  95  suku  dan  mencakup  kurang  lebih  94%  dari
jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring
ke   depan   (dan   bukan   tegak   seperti   pada   kelompok   tarantula)   dan
digerakkan  berlawanan  arah  seperti  capit  dalam  menggigit  mangsanya

I. Laba-laba Pejaring
Laba-laba  pejaring  sering  juga  disebut  sebagai  laba-laba  penenun  atau
pemintal. Dimana laba-laba pejaring ini menggunakan perutnya untuk
menghasilkan  semacam  perangkap  benang  yang  dirajut  seperti  jaring.  Benang
tersebut sangat lentur, lengket dan sangat kuat. Cukup kuat untuk membuat lalat,
maupun capung yang terbang terjerat dan tak mampu bergerak lagi. (Firmansyah
D, 2011).
Laba-laba menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik
daun,  lapisan  daun  bunga,  celah  bebatuan  atau  lubang  di  tanah  yang  ditutupi
kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di
atas tanah, batu atau pepagan pohon sehingga tidak perlu bersembunyi. Adapun
mangsa utama laba-laba adalah serangga. Untuk menandai kehadiran mangsanya
pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya
maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang
mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada
rambut-rambut di kakinya.
Beberapa spesies laba-laba yang membuat jaring yaitu : Nephila maculata
(pada pohon kelapa), Cyrtophora moluccensis (di kebun), Cheirachantium sp (di
kebun  pertanian  organik),  Argiope  catenula  (di  kebun  sayur),  Cyclosa  sp  (di
kebun  sayur),  Castianeira  tiranglupa,  Phrurolithus  ulotulisus,  Oxyopes  sp  (di
kebun teh), Famili Agelenidae, Araneidae, Tetragnathidae (di jambu).
Ilmuwan-ilmuwan  dari  University  of  Akron  di  Ohio,  Amerika  Serikat,
melakukan  uji  coba  untuk  mencari  tahu  zat  yang  disimpan  laba-laba  untuk
memproduksi benang sutra ini. Profesor dari University of Akron Ali Dhinojwala,
Kandidat  Doktor  Vasav  Sahni,  dan  Profesor  Biologi  Todd  Blakledge  ingin
mengetahui zat yang membuat jaring laba-laba jadi lengket.
Penelitian  mereka  menunjukkan  zat  tersebut  terbuat  dari  polimer  yang
kental  dan  elastis.  Kekentalan  dan  elastisitas  membantu  laba-laba  menangkap
serangga yang terbang dengan cepat. Mangsa pun terjebak di jaring hingga laba-
laba dapat melahap mereka. Laba-laba penenun punya cara lain melumpuhkan
mangsa. Mereka dapat membungkus mangsanya dengan lilitan benang sutra. Ini
diperlukan jika mangsa memiliki alat pertahanan yang berbahaya, seperti lebah.
Cara  membungkus  ini  juga  dilakukan  laba-laba  untuk  menyimpan  mangsanya
sambil menuggu waktu yang tepat untuk makan.

J. Laba-Laba beracun
1. The Tarantullas
Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Banyak ditemukan di Amerika dan Asia. 

1. The Tarantullas
Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya, bahkan di Asia beberapa kematian manusia disebabkan oleh gigitan Tarantula ini.

2. Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)
Pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracunpaling mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. 

Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)
Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-Web Spider & Black Widows.

3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)
Banyak ditemukan di bagian tenggara Australia, merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic. 

3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)
Dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama. Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.

4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)
Racun yang dihasilkan laba-laba ini sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus mengakibatkan kematian. 

4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)
Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Banyak ditemukan di Chili dan Australia.

5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)
Siapa yang tidak kenal dengan laba-laba ini. Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya. 

5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)
Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider

6. Brown Recluse spider (Loxosceles reclusa)
   laba-laba ini tidak menggunakan jaring seperti layaknya laba-laba yang bergelantungan dirumah-rumah, akan tetapi laba-laba ini menghasilkan racun necrotic yang memiliki dampak berbahaya bagi manusia jika tergigit olehnya, laba-laba ini tersebar di dunia, terutama di california. laba-laba ini memiliki ciri khas gambar biola di kepalanya.
brown+recluse
Gambar Loxosceles reclusa






0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Followers